Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendung Mengandung

Apa yang menarik dari musim hujan selain dingin dan basah. Dinginnya memberi aroma dan makna tersendiri. Basahnyapun memberi warna dan rasa tersendiri. Dingin yang gigil seakan kaku hingga beku, tak menyurutkan getar-getar asa. Basah yang tumpah hingga kuyup, tak menyilaukan gairah meski embun dan kabut menyelimut.

Doc. Pribadi

Hujan yang tumpah dari perut langit menjadikan tanah-tanah mendesah. Di sela-sela mendung air-air berkelebat beriring halilintar yang bergemuruh pada petir membuat dinding-dinding mengerikan dan ketakutan.


Sejatinya mendung itu lukisan langit. Laksana awan-awan berkejaran membentuk sketsa-sketsa keindahan. Apalagi pelangi melintas di antara air dan gunung. Lantas bagaimana kita akan berpaling dari pesona indahnya semesta.


Tuhan memang maha Unik yang sangat sulit untuk dibahasakan oleh siapapun manusia, kecuali manusia itu sudah beranjak pada langit ke tujuh. Namun, tak ada yang bisa berpaling atas kehendak-kehendak Tuhan yang sangat rahasia dari prasangka-prasangka manusia.


Sebenarnya hujan adalah rahmat dan keberkahan atas semesta dan manusia. Maka, jalan lurusnya hanyalah dengan mengurai syukur pada setiap ruang dan waktu tanpa batas akhir. Jalan jannahNya harus dilalui dengan keadaan apapun. Seperti bagaimana semua bersyukur atas segala nikmat-nikmat yang melebihi luas semesta.


Akhirnya mendung yang mengandung, tinggal menunggu isi semesta melahirkan apa saja tentang air dan musim.  Melahirkan rasa, asa, semangat, gairah, dan nafas-nafas kehidupan. Melahirkan keselamatan, kemanfaatan, kebaikan, dan hikmah-hikmah. 


Kepada mendung, biarpun hitam hingga pekat. Biarpun petirnya berkilat berkelebat lalu bergemuruh. Tetaplah hujan itu dirindukan dan diharapkan. Karena banjir, longsor, dan musibah bukan lagi persoalan alamiah belaka. Akan tetapi menjadi permasalahan manusia dan tata caranya menjadi manusia.


Edisi_MelahirkanImaji



6 komentar untuk "Mendung Mengandung"