Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sampah Serapah

Ilustrasi. Doc Pribadi

Persoalan sampah adalah persoalan klasik dan tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Sampah bukan hanya milik pasukan kuning atau petugas kebersihan. Sampah dari semua manusia dan milik bersama serta tanggung jawab semuanya.

Sampah tidak cukup hanya dengan gerakan, himbauan, ataupun seremonial belaka. Sampah butuh sumpah dan keyakinan bahwa kebersihan itu benar-benar bagian dari iman. Hanya dengan iman, sampah bisa diatasi bersama.

Sampah bukan dengan serapah-serapah yang semakin lelah dan tak bergairah. Sampah tugasnya anak-anak sampai dewasa, bahkan tua renta sekalipun. Karena matipun tidak boleh dalam keadaan kotor. Harus dibersihkan sebersih-bersihnya, supaya sebersih kain kafannya.

Rumah, sekolah, kantor, dan tempat umum serta semuanya yang menyangkut kehidupan akan berhadapan dengan sampah. Maka, apabila tidak dijaga dengan baik dan maksimal, sampah dipastikan menjadi musibah. Sebab sampah identik dengan kotor dan menjijikkan. Setiap yang kotor dan menjijikkan adalah tempat indahnya iblis beserta sekutunya bukan malaikat.

Sekecil apapun sampah yang ada, maka semudah itu memberi peluang pada ketidaknyamanan, baik itu pandangan maupun rasa risih dan kurang sedap. Entah energi apa yang ada pada sampah, sehingga begitu kuat mempengaruhi sisi kehidupan.

Sampah-sampah dengan beragam jenisnya, tetap tidak pernah baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Apalagi sampai menjadi sampah masyarakat atau kehidupan. Tentu butuh hukuman yang jelas dan tegas, terutama pada diri-sendiri untuk selalu peduli terhadap sampah.

Sampah selalu menjadi momok pada setiap tempat. Sampah selalu menjadi milik petugas sampah dari pada yang menciptakan sampah untuk membuang dan membersihkannya. Bahkan hanya milik sebagaian kecil yang peduli terhadap kebersihan.

Hal ini, kemungkinan karena tidak adanya hukuman yang berat atau aturan mengikat terhadap yang membuang sampah sembarangan. Hanya selalu diminta kesadaran dan kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Budaya bersih hanya slogan yang belum mempan. Petugas hanya bertugas demi kebersihan pada waktu tertentu. Jadwal kebersihan hanya pajangan yang sulit menjadi kewajiban. Begitulah sampah yang menjadi serapah-serapah.

Hanya dengan menghukum diri-sendiri yang mungkin sedikit mampu mengatasi bahaya sampah dan dampaknya, selama belum ada hukuman yang berat dan mengikat. Maka, kebersihan akan kembali pada iman masing-masing.

Edisi_BuangSerapah

Posting Komentar untuk "Sampah Serapah"